Sekitar tahun 1975 ia mulai berkeliling menjajakkan sate disekitar kampung tempat tinggalnya. Butuh waktu enam tahun sampai Marjuki mampu menyewa kios sebagai tempat untuk menjual dagangannya. Walaupun terbilang sederhana, namun tempat yang terletak di Jl. Lapangan Olahraga Rawa Kambing ini tidak pernah sepi dari pelanggan. Sate kambing dan sop kambing yang diracik sendiri oleh Marjuki telah memiliki pelanggan setia.
Dibantu empat karyawannya, Marjuki berjualan setiap hari sejak pukul delapan pagi hingga sore. “paling lama jam empat sore,” ujarnya. Dagangannya memang tak pernah habis lama. Marjuki bahkan menyarankan jika ingin mencicipi sate dan sop kambingnya sebaiknya jangan terlalu sore. “datang sebelum dzuhur agar tidak kehabisan,” sarannya.
Saat di tanya tentang keinginan untuk membuka cabang di tempat lain, dengan tegas H. Marjuki menjawab tidak. Dia merasa usianya sudah lanjut sehingga tenaga yang dimilikinya sudah terbatas. Selain itu karena adanya kekhawatiran dari Marjuki soal perbedaan rasa dari sate dan sop kambingnya jika diracik oleh orang lain.
H. Marjuki menjual sate kambingnya dengan harga 2.200 rupiah per tusuknya. Untuk sop kambing, dia menjual 20.000 per porsi. Harga tersebut sangat bersahabat. Apalagi dibanding dengan rasa yang ditawarka.
Selain dagingnya yang empuk, tidak ada bau amis yang tercium dari daging seperti biasa ditemukan pada makanan berbahan daging kambing. Marjuki juga mengatakan bahwa menu masakannya bebas dari zat-zat kimia. Tak heran jika usaha H. Marjuki sudah banyak dikenal masyarakat Ciledug dan sekitarnya. (she/mhn)





Tidak ada komentar: